Rabu, 13 April 2016

PEMBAGIAN ISIM

PEMBAGIAN ISIM
( الاِسْمِ  أقسَامُ )
Pembagian Isim
Adapun isim dapat kita klasifikasikan menjadi empat macam, sebagaimana berikut :
A. Isim Ditinjau Pada Jenisnya  ( نوْعِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila ditinjau ditinjau dari jenisnya terbagi menjadi dua :
(1)   Laki-laki / Mudzakkar (لمُذكّر ) ialah kata benda yang menunjukan makna laki-laki, baik manusia, hewan, atau benda-benda mati yang masuk dalam kategori muzakkar.
Contoh :
زيْدٌ                   = Zaid
 حِصَانٌ             = Kuda
 قلَمٌ                   = Pulpen

(2)   Perempuan / Muannats ( المؤنث ) ialah kata benda yang menunjukan makna perempuan, baik manusia, Hewan atau benda mati yang masuk dalam kategori Muannats,
Contoh :

عَائِشة               =  ‘Aisyah
الدّجاَجَة             = Ayam betina
الشمْسُ             =  Matahari

B. Isim Ditinjau Pada Jumlahnya ( عَدَدِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
 Isim ditinjau dari Jumlahnya, terbagi menjadi tiga bagian :
(1)   Isim Mufrod ( المُفرَدِ اِسْمُ ) ialah kata benda yang menunjukan makna tunggal baik yang mudzakkar maupun muannats, Contoh :
Mudzakkar :   كِتابٌ   = Buku               بَيْتٌ = Rumah
          Muannats : كُرّاسَة  = Buku tulis     مَكْتبَة  = Perpustakaan

(2)   Isim Mutsanna (المُثنى اسْمُ ) ialah kata benda yang menunjukan makna ganda baik pada mudzakkar ataupun pada muannats. Ciri-cirinya ialah :

- adanya tambahan alif dan Nun
   Contoh : كِتابٌ   menjadi  كِتابَانِ

- adanya tambahan ya’ dan Nun
   Contoh : كِتابٌ   menjadi  كِتابَيْنِ

(3)   Isim Jamak (الجَمْعِ اِسْمُ) ialah kata benda yang menunjukan makna lebih dari dua atau banyak, baik mudzakkar ataupun muannats, isim jamak dibagi menjadi tiga yaitu :

(a)    Jamak Mudzakkar salim (السّالِمُ المُذكّرِ جَمْعُ ) ialah jamak yang bentuknya teratur dan menunjukan jenis laki-laki. Adapun cirri-cirinya ialah :
-       Adanya tambahan Waw dan Nun
Contoh : مُسْلِمٌ  menjadi مُسْلِمُوْنَ
-       Adanya tambahan Ya’ dan Nun
Contoh : مُسْلِمٌ  menjadi  مُسْلِمِيْنَ
(b)   Jamak Muannats salim ( السّالِمُ المُؤنثِ جَمْعُ ) ialah jamak yang bentuknya teratur dan menunjukan jenis perempuan.
Adapun cirri-cirinya :
-         Adanya huruf tambahan alif dan ta’ pada mufrodnya.
Contoh :  مُؤمِنة  menjadi مُؤمِناَتٌ             
(c)    Jamak Taksir ( التكْسِيْر جَمْعُ ) ialah jamak yang bentuknya tidak beraturan dan banyak terjadi perubahan dari bentuk mufrodnya, sehingga perlu dihapal pola-polanya.
Contoh : بَابٌ  menjadi أبْوَابٌ yang artinya pintu-pintu

Catatan :
Adapun untuk ketentuan-ketentuan yang membahas lebih lengkap tentang isim Mutsanna dan Jamak, maka hendaklah merujuk kedalam kitab / buku yang membahas ilmu Shorof.
C. Isim Ditinjau Pada Keadaannya (حَالَتِِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim ditinjau dari keadaannya, terbagi menjadi dua bagian :
(1)   Isim Zhohir (الظاهِرِ اِسْمٌ ) ialah kata benda yang tampak, ciri-cirinya:
-       Bisa dimasuki oleh tanwin (    ً      ٍ      ٌ   )
Contoh :
مَسْجدٌ هَذا                = Ini  Masjid
مَسْجدًا رَأيْتُ            = Saya telah melihat mesjid  
مَسْجدٍ مِن أناَ            = Saya dari Masjid
-       Bisa dimasuki oleh alif dan lam ( ال )
Contoh : المَسْجدُ - الكِتاَبُ   - المَعْهَدُ
       
-       Bisa dimasuki oleh huruf nida ( panggilan )
Contoh :
   زيْدُ يَا                       =  Wahai Zaid
           اللّهِ عَبْدَ يَا                  = Wahai Abdullah  
(2)   Isim Dhomir (الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah kata benda yang tersembunyi atau kata ganti untuk orang pertama, kedua, dan ketiga.
Macam- Macam Dhomir
Adapun Isim dhomir itu ada tiga macam :

a)      Isim Dhomir Munfashil (المُنفصِلِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir yang dapat diucapkan dengan sendirinya, tanpa bersambung dengan kalimat lainnya.. Dan Isim dhomir jenis ini terbagi menjadi dua :

-       Dhomir Rofa’ Munfashil (مُنفصِل رَفع  ضمِيْر ) dan dhomir jenis ini ada 14 macam :
1.      Mutakallim  :   أناَ  وَ نحْنُ
2.      Mukhothob  :  أنتنّ أنتمَا أنتِ - أنتمْ أنتمَا أنتَ
3.      Ghaib          :  هنّ هما هي -  هم هما هو

 






Keterangan :
هو                         =  Dia seorang laki-laki
هما                   =  Mereka berdua ( laki-laki )
هم                     =  Mereka para ( laki-laki)

هي            =  Dia seorang Perempuan
هما                        =  Mereka berdua ( Perempuan)
هنّ                    =  Mereka para ( Perempuan )

انتَ           =  Kamu seorang laki
انتما        =  Kalian berdua ( laki-laki )
انتم         =  Kalian para ( lelaki )

انت         =  Kamu seorang ( perempuan )
انتما        =  Kalian berdua ( Perempuan )
انتنّ         =  Kalian para  ( Perempuan )

انا =  Saya ( Laki-laki atau Perempuan )
نحْنُ         =  Kami ( Laki-laki atau Perempuan )


-         Dhomir Nashob Munfashil (مُنفصِل نصْبٌ ضمِيْر ) dhomir jenis ini juga ada 14 macam :

1.      Mutakallim  :  إيّايَ  dan إيّاناََ
2.      Mukhothob  :   إيّاكُنّ إيّاكماَ إيّاكِ - إيّاكُُمْ إيّاكُماَ إيّاكَ
3.      Ghoib            :    إيّاهُنّ إيّاهُمَا إيّاهَا - إيّاهُمْ إيّاهماَ إيّاهُ

Keterangan :

إيّاهُ          =  Kepadanya
إيّاهماَ       =  Kepada mereka  berdua ( laki-laki )           
إيّاهُمْ        =  Kepada mereka para lelaki


إيّاهَا        =  Kepadanya
إيّاهُمَا       =  Kepada mereka berdua perempuan                     
إيّاهُنّ       =  Kepada mereka para perempuan
إيّاكَ         =  Kepadamu
إيّاكُماَ       =  Kepada kalian berdua ( laki-laki )
إيّاكُُمْ     =  Kepada kalian para lelaki

إيّاكِ         =  Kepadamu
إيّاكماَ       =  Kepada kalian berdua perempuan
إيّاكُنّ       =  Kepada kalian para perempuan

إيّايَ         =  Kepadaku
 إيّاناََ      = Kepada kami



b)     Isim Dhomir Muttshil (المُُتصِلِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir / kata ganti yang tidak bisa diucapkan dengan sendirinya dan selalu bersambung dengan kalimat lainnya. Dan isim dhomir jenis ini ada 3  macam :

-         Dhomir Rofa’ Muttashil (متصِل رَفع ضمِيْر ) maksudnya adalah dhomir Rofa’ yang apabila bersambung dengan fi’il maka kedudukannya sebagai Fa’il ( pelaku ). Dan dhomir jenis ini ada 14 macam :

1.      Mutakallim : تُ  dan  ناََ    
2.      Mukhothob             :  تنّ  تما تِ   - تمْ تما تَ 
3.      Ghoib                      : 
-          Waw jama’ah ( الجَمَاعَةِ وَاوُ )
-         Alif Itsnaini  ( اِثنييْنِ ألفُ )
-         Ya’ Mukhothobah ( المُخاََطَبَةِ يَاءُ )
-         Nun Niswah ( النِسْوَةِ نونُ )
Contoh :
ضرَبَا                =  Mereka berdua laki-laki telah memukul
ضرَبُوْا      =  Mereka para lelaki telah memukul                     
ضرَبَتْ     =  Dia perempuan telah memukul
ضرَبَتاََ    =  Mereka berdua perempuan telah memukul
ضرَبْنَ       = Mereka para perempuan telah memukul
 ضَرَبْتَ    = Kamu laki-laki telah memukul
ضَرَبْتما    = Kalian berdua laki-laki telah memukul
ضَرَبْتمْ     = Kalian para lelaki telah memukul
ضَرَبْتِ    = Kamu perempuan telah memukul
ضَرَبْتما    = Kalian berdua perempuan  telah memukul
ضَرَبْتنّ    = Kalian para perempuan telah memukul                  

-            Dhomir Nashob Muttashil (متصِل نصْب ضمِيْر ) maksudnya adalah dhomir Nashob yang apabila bersambung dengan fi’il maka kedudukannya sebagai Maf’ulbih  ( Objek ). Dan dhomir jenis ini ada 14 macam :

1.       Mutakallim   :   ي   dan  ناَ    
2.      Mukhothob   :  كُنّ  كُمَا كِ  - كُمْ كُمَا كَ
3.      Ghoib            :  هنّ هما  هاَ - هم هما هُ

Keterangan :
هُ           =  Dia seorang laki-laki
هما      =  Mereka berdua ( laki-laki )
هم       =  Mereka para ( laki-laki)

هاَ       =  Dia seorang Perempuan
هما      =  Mereka berdua ( Perempuan)
هنّ      =  Mereka para ( Perempuan )

كَ          =  Kamu seorang laki
كُمَا       =  Kalian berdua ( laki-laki )
          كُمْ       =  Kalian para ( lelaki )

كِ        =  Kamu seorang ( perempuan )
كُمَا      =  Kalian berdua ( Perempuan )
كُنّ      =  Kalian para  ( Perempuan )

ي         =  Saya ( Laki-laki atau Perempuan )
ناَ        =  Kami ( Laki-laki atau Perempuan )

Contoh :

اللّهُ نَصَرَهُ  =  Allah telah menolongnya

-         Dhomir jar Muttashil (متصِل جَرّ ضمِيْر ) maksudnya adalah dhomir yang mengikuti atau mengiringi dibelakang Isim atau mengikuti atau mengiringi huruf jar. Dengan demikian maka dhomir jar terbagi menjadi dua bagian :

1.    Dhomir jar Muttashil Bil Idhofah (بالإضاَفةِ متصِل جَرّ ضمِيْر) ialah dhomir yang mengiringi atau mengikuti kalimat isim.    Contoh :  kata Buku ( كِِتاَبٌ ) diidhofahkan dengan dhomir.
كِِتاَبُهُ         = Buku-nya (seorang  laki-laki )
كِِتاَبُهما = Buku mereka berdua ( laki-laki )
كِِتاَبُهُمْ        = Buku mereka Para Lelaki
كِِتاَبُهَا        = Bukunya ( seorang perempuan )
كِِتاَبُهما = Buku mereka berdua ( perempuan )
كِِتاَبُهُنّ = Buku mereka berdua perempuan
كِِتاَبُكَ        = Buku-mu ( seorang  laki-laki )
كِِتاَبُكُمَا = Buku kalian berdua ( laki-laki )
كِِتاَبُكُمْ        = Buku Kalian para lelaki
كِِتاَبُكِِ      = Buku-mu ( seorang perempuan )
كِِتاَبُكُمَا = Buku kalian berdua ( perempuan )
كِِتاَبُكُنّ = Buku kalian para perempuan
كِِتاَبيْ        = Buku-ku
كِِتاَبُناَ         = Buku kita

2.      Dhomir Jar Muttashil Bil-Harfi ( بالحََرْفِ متصِل جَرّ ضمِيْر ) maksudnya dhomir yang mengiringi / mengikuti huruf jar. Adapun  huruf-hurufnya yaitu  :
-         Min (مِنْ )           =  artinya : daripada, dari, lantaran
-         Ila (إلى )             =  artinya : kepada, hingga, sampai.
-         ‘An ( عَنْ )          =  artinya :  daripada, dari, tentang
-         ‘Ala (علَى)          =  artinya :  atas
-         Fi (في )               =  artinya :  pada, didalam, dalam.
-         La ( لَ )               =  artinya : bagi, karena.
-         Bi (ب )               =  artinya : dengan

Contoh :
                       
مِِنهُ        = Darinya
إلَيْكَ         = Kepadamu
عَنهَا        = Darinya, tentang dia ( seorang perempuan )
عَليْكِ        = Atasmu ( seorang perempuan )
فِيْناَ          = Pada kami
لِِيْ       = Karena-ku   
بهِ            = Dengan-nya

Dan buatlah serta kiaskanlah huruf-huruf jar diatas dengan dhomir-dhomir muttashil ! .

c)      Isim Dhomir Mustatir (المُسْتتِرِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir yang tersambung pada kata kerja/ fi’il, tetapi tidak nampak dalam penulisan/ lafadz.
Contoh :

              إضْرِبْ  =  pukulah !

Maka lafadz (  إضْرِبْ  ) fi’il amar yang mabni dengan harokat sukun, dan fai’ilnya ( pelakunya ) berupa dhomir mustatir yang takdirnya adalah dhomir anta ( انتَ ). Hanya saja anta buka dhomir mustatir dalam fi’il tersebut, karena anta sebagai dhomir munfashil yang dipinjam untuk menunjukan dhomir mustatir yang ada dalam fi’il tersebut untuk lebih mudah memahaminya. Adakalanya dhomir mustatir yang bersifat wajib ( wujub ) dan adakalanya bersifat boleh (jawaz) yang dhomirnya diperkirakan keberadaannya.

Dengan demikian maka dhomir jenis ini terbagi menjadi dua :

-         Dhomir Mustatir Wujuban (وُجوْباًً مُسْتترَة ضميْرٌ) ialah dhomir tersebut wajib disembunyikan apabila tidak mungkinkan kedudukannya ditempati/digantikan oleh isim zhohir. Karena dhomir mustatir tidak mungkin  ditampakkan dhomirnya, dan tidak mungkin digantikan oleh isim zhohir.  Contoh lafazh  قمْ  (berdirilah !) tidak boleh dikatakan : اَنتَ قمْ  atau زيْدٌ  قمْ. Apabila untuk menjadikan  اَنتَ / زيْدٌ  menjadi Fa’il-nya. Hanya saja sebagai Taukid ( penguat ) saja, untuk dhomir mustatir yang terkandung didalam fi’il amar ( قمْ ).
Adapun tempat isim dhomir mustatir wujuban ada dua :  
1.      Pada fi’il Amar yang menunjukan pada seorang laki-laki  (مُخاطََب)
Contoh :

اُكْتُبْ  = Tulislah !             ditujukan kepada satu orang laki-laki
Dan lafazh ( اُكْتبْ )  merupakan fi’il amar yang mabni pada sukun, dan Fa’ilnya ( pelaku) berupa dhomir mustatir wujub yang takdirnya adalah anta (اَنتَ).

2.      Pada fi’il Mudhori’ yang didahului dengan Ta’ Khithob, atau dengan Hamzah, atau dengan Nun.
Contoh :

تَشْكُرُ = kamu ( seorang laki-laki ) sedang bersyukur
أنْصُرُ = Saya sedang / akan menolong
نَكْتُبُ =  Kami sedang menulis         

Semua fi’il diatas adalah fi’il Mudhori’ yang Marfu’ dengan harokat dhommah, dan Fa’ilnya berupa dhomir mustatir wujuban ( secara wajib ) yang takdirnya adalah anta (اَنتَ) untuk fi’il  تَشْكُرُ , dan ana ( أناَ ) untuk fi’il  أنْصُرُ dan nahnu  (نحْنُ) untuk fi’il نَكْتُبُ.

-         Dhomir Mustatir Jawazan (جَوَازاًً مُسْتترَة ضميْرٌ) ialah Dhomir tersebut boleh disembunyikan yang kedudukannya memungkinkan untuk ditempati / digantikan oleh Isim zhohir. Dan dhomir jenis ini ada pada dua tempat yaitu : fi’il madhi dan fi’il mudhori’.

1.      Pada fi’il Madhi, contoh :

قاَمَ الرّجُلُ = Seorang laki-laki itu dia telah berdiri
Maka fi’il ( قاَمَ ) ialah fi’il madhi yang mabni pada harokat fathah, dan Failnya berupa isim dhomir mustatir jawazan (secara boleh), yang takdirnya adalah huwa (هُوَ) dan ia bisa menempati kedudukan ( الرّجُلُ ).

2.      Pada fi’il Mudhori’ , contoh :
تَشرُقُ الشمْسُ  = Matahari sedang terbit
Maka fi’il (تَشرُقُ) ialah fi’il mudhori’ yang marfu’ dengan dhommah dan Failnya berupa dhomir mustatir jawazan yang takdirnya adalah Hiya ( هِيَ )

يَقوْمُ زيْدٌ   =  Zaid sedang berdiri
تقوْمُ هِندٌ  =  Hindun sedang berdiri
Maka pada dua contoh diatas tidak terdapat Dhomir mustatir, kecuali dhomir marfu’ ( dirofa’-kan) adakalanya sebagai Fa’il atau Naibul Fa’il.
D. Isim Ditinjau Pada Susunan Hurufnya  ( ترْكِيْبهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila ditinjau kepada bentuk susunan hurufnya maka isim terbagi menjadi dua macam : Isim Jamid, dan Isim Mustaq.
(1)  Isim Jamid ( الجَامِدُ الاِسْمُ )  ialah  isim yang susunan hurufnya tidaklah diambil dari selainnya, atau isim yang kosong dari dhomir. Dan isim jamid terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu :
-       Isim dzat / Isim jenis (ذات اِسْمٌ / جنس اِسْمٌ) ialah isim yang susunan hurufnya tidak diambil dari lafazh fi’il beserta maknanya. Contoh :
           رَجُلٌ  = Seorang laki-laki
          نَهْرٌ  = Sungai
       غُصْنٌ  =  Cabang pohon
-       Isim Ma’na / Isim Mashdar (مَعْنى اسْم / مَصْدَر اِسْم ) ialah isim yang menunjukan pada suatu makna yang kosong dari (pengaruh) waktu.
Contoh :
عَدْلٌ      = Keadilan
ضَرْبٌ   = Pukulan
نَصْرٌ     = Pertolongan
Dan adapun Fi’il maka ia menunjukan pada dua hal , yaitu berkaitan dengan suatu kejadian dan terkait dengan masalah waktu.

(2)  Isim Musytaq (المشتق الاِسْم ) ialah Isim yang susunan hurufnya diambil dari selainnya dan menunjukan sesuatu yang disifati dengan sifat, atau Isim yang padanya mengandung dhomir. Maka Musytaq adalah mengambil kalimat dari selainnya disertai dengan penyesuaian antara keduanya dari segi makna dan perubahan dalam suatu lafadz.
Contoh :
               كَتبَ = Menulis
Maka lafadz Kataba ( كَتبَ ) diambil darinya untuk isim Musytaq  yaitu : Isim Fail/ pelaku ( كَاتِبٌ ), Isim Maf’ul/ Objek ( مَكْتوْبٌ ), Isim Zaman atau makan [ tempat ] (مَكْتبٌ ) dan Isim Alat ( مِكْتاَبٌ ).

Contoh :  Bahwa Isim Musytaq mengandung dhomir

               غداً أوْ الآن أوْ   أمْسِ  زيْدًا الضارِبُ هذا
      ( Ini adalah orang yang memukul zaid kemarin/ sekarang/besok )

Maka (الضارِبُ ) merupakan khobar dari (هذا ), dan merupakan isim fa’il (pelaku) yang beramal seperti amalan fi’il yang fa’ilnya berupa dhomir mustatir yang takdirnya adalah dia (هُوَ) dan Maf’ulnya / objeknya adalah Zaid.

Dan Isim Musytaq ada tujuh macam :

(a)  Isim Fa’il
(b)  Isim Maf’ul
(c)  Isim Zaman
(d) Isim Makan / tempat
(e) Isim Alat
(f)  Shifat Musyabbahah dengan Isim Fa’il
(g) Isim Tafdhil
Dan adapun pembahasan untuk macam-macam Isim Musytaq diatas insya’allah akan dijelaskan dengan pembahasan tersendiri pada halaman-halman berikut.
E. Isim Ditinjau Pada Bentuk Hurufnya  ( بُنيَتِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila ditinjau kepada bentuk hurufnya maka isim terbagi menjadi dua : Isim yang akhirnya berupa huruf shohih, dan Isim yang akhirnya bukan dari  huruf yang shohih.
(1)  Isim Shohih Akhir (الآخِر الصّحِيْح الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob serta tidak berbentuk Isim Maqshur, Isim Manqush, dan Isim Mamdud. 
Contoh :
          رَجُلٌ  = Seorang laki-laki
          نَهْرٌ  = Sungai
       غُصْنٌ  =  Cabang pohon

(2)  Isim Ghairu Shahih akhir (الآخِر الصّحِيْح غيْرُ الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob serta berbentuk Isim Maqshur, Isim Manqush, dan Isim Mamdud. 
-       Isim Maqshur (المَقصُوْر الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob dan huruf akhirnya berupa alif lazimah
Contoh :
         الفتى              = Seorang pemuda
 مُوْسَى                   = Musa
  حُبْلَى                   = Yang hamil
          Dan yang demikian pada contoh diatas disebut Alif Maqshuroh.  Demikian pula bahwa keadaan akhir harokat dari isim Maqshur maka diperkirakan harokat ( Dhommah, fathah dan Kasroh ) dalam ketentuan I’robnya.
Contoh :
            الفتىَ  جَاءَ       = Pemuda itu telah datang
الفتىَ  رَأيْتُ     = Saya telah melihat pemuda itu
بالفتىَ مَرَرْتُ   = Saya telah melewati pemuda itu
-       Isim Manqush (المَنقوْص الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob dan huruf akhirnya berupa ya’ lazimah serta huruf sebelumnya dikasroh. 
Contoh :
القاضى = Hakim
الدّاعى              = Pendakwah
الهَادِى               = Pemberi petunjuk
          Dan yang demikian pada contoh diatas disebut Alif Manqush.  Demikian pula bahwa keadaan akhir harokat dari isim Manqush maka diperkirakan harokat ( Dhommah, dan Kasroh) dalam ketentuan I’robnya ( pada keadaan rofa’ dan jar ).
Dan ditampakan pada isim Manqush harokat fathah (bila dalam keadaan nashob) selagi tidak di-idhofahkan/ disandarkan kepada ya’ mutakallim, dalam rangka untuk meringankan bacaan (ta’adz-dzur). Contoh :
!$uZtBöqs)»tƒ (#qç7ŠÅ_r& zÓÅç#yŠ «!$# (
Hai kaum Kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah ( Al-ahqaf : 31 ).
Hanya saja kalau tidak disisipi alif lam atau di-idhofahkan, maka harokat fathahnya harus disertai tanwin.
Contoh :
المنكَرِ عَنِ ناَهيًا  كُنْ = Jadilah seorang yang melarang perbuatan . …..                               mungkar
-       Isim Mamdud (المَمْدُوْد الاِِسْمُ ) ialah setiap isim yang mu’rob,dan huruf akhirnya berupa hamzah serta huruf sebelumnya ada alif Zaidah ( tambahan ).
Contoh :
          ابْتِدَاءٌ   = Permulaan
 إنشاََءٌ          = Pembangunan
سمَاءٌٌ = Langit
Adapun Hamzah pada isim Mamdud, terbagi menjadi empat macam :
(a)  Hamzahnya berupa huruf ashli.
Contoh :
-         Lafazh  إنشاََءٌ   berasal dari fi’il  أنشأ ( membangun, mendirikan )

(b) Hamzahnya sebagai peganti dari Ya’ atau Waw
Contoh :
-         Lafazh بنَاءٌ (bangunan), hamzahnya peganti dari ya’ yang berasal dari  fi’il بَنَى (membangun ).
-         Lafazh سمَاءٌٌ , hamzahnya peganti dari waw yang berasal dari fi’il  يَسْمُوْسَمَا  ( menaikkan atau meninggikan ).

(c) Sebagai huruf tambahan untuk muannats
Contoh :
-         صَحْرَاءُ    = Gurun pasir
-         عَاشوْرَاءُ   = Hari ‘Asyuro’ ( 10 Muharram )

(d) Dan sebagai huruf tambahan untuk jamak
Contoh :
-         عِظاَمَاءُ  = Tulang – tulang
-         رُؤسَاءُ   =  Para pemimpin
Catatan :
Bahwa isim mamdud yang diakhiri dengan hamzah zaidah, pada Muannats dan Jamak, dan tidaklah ia ditanwin dikarenakan berupa Isim Mamnu’ min As-shorfi.
F. Isim Ditinjau Pada Bentuknya  ( تعْيِيْنِِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila ditinjau kepada penentuannya maka isim terbagi menjadi dua macam :
(1)     Isim Nakiroh (النكِرَة الاسْم ), ialah isim yang jenisnya bersifat umum, tidak ditentukn kepada sesuatu perkara dan tidak juga kepada yang lainnya. dan definisi Isim nakiroh yang paling mudah dipahami ialah, setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam.
Contoh :
                                                                                   
رَجُلٌ     = laki-laki          menjadi : الرّجُلُ
فَرَسٌ     = kuda               menjadi : الفَرَسُ
كِتاَبٌ    = Kitab              menjadi : الكِتاَبُ
           
(2)     Isim Ma’rifah ( المَعْرِفة الاِسْمُ ), ialah setiap isim yang lafazhnya menunjukan makna tertentu / sudah ditentukan.

Dan Isim ma’rifah terbagi lagi menjadi enam macam yaitu : 
(a)    Isim dhomir
(b)   Isim alam ( nama )
(c)    Isim Isyarah
(d)   Isim Maushul
(e)    Isim yang di ma’rifatkan dengan adatut ta’rif yaitu alif dan lam
(f)    Isim yang Mudhof kepada ma’rifah.
                                 
Adapun untuk penjelasan dari macam-macam isim ma’rifah akan dibahas dalam pembahasan tersendiri pada halaman berikut. 

G. Isim Ditinjau Pada An-Nisbah ilaih  (إلَيْهِ النِسْبَةإلَى بالنظرِ الاِسْمُ)
Adapun yang dimaksud dengan  An-Nisbah ialah :  menambahkan Ya’ bertasydid serta mengkasroh huruf sebelumnya  dengan tujuan menyandarkan  kepada sesuatu yang lain.  
Dan disebut juga Ya’ Musyaddadah (المشدّدَة الياء) dengan Ya’ Nisbah (النِسْبَةِ يَاء) dan isim yang bersambung dengan ya’ nisbah  disebut mansub (مَنسُوْبٌ) artinya yang dinisbati, dan isim sebelum bersambung dengan Ya’ nisbah disebut mansub ilaih  (إلَيْهِ مَنسُوْبٌ) artinya yang dinisbatkan kepadanya.
Penggunaan Nisbah
Peroses nisbah digunakan untuk menunjukkan beberapa makna : sebagaimana berikut : 
1.    Al-Jinsi (الجنس)    artinya : untuk jenis tertentu    
contoh : عَرَبٌ                 عَرَبِيٌّ = orang arab

2.    Al-Mauthin (الموْطِن) artinya : tempat asal            
contoh : بَغدَادُ                   بَغدَادِيٌّ = berkebangsaan negara Baqdad

3.    Ad-Din (الدِّيْن)  artinya : agama atau pemikiran                
contoh : اِسْلاَمٌ                   اِسْلَمِيّ = beragama islam

4.    Al-Harf (الحَرْفة)  artinya : pekerjaan                     
contoh : تِجَارَةٌ                  تِجَارِيٌّ  = pekerja tani

5.    Sifat dari sifat-sifat            (الصفَات مِن صِفَة ) artinya :  menunjukan sebuah sifat

contoh : ذهَبٌ                    ذَهَبِيٌّ  = tukang emas
   
Kaidah Dalam Penisbatan
Bahwa asal dalam penisbatan (النَسَبِ ) yaitu apabila menambahkan ya’ Musyaddadah pada akhir kata yang dinisbatkan kepadanya (إلَيْهِ مَنسُوْبٌ), maka dikasroh sebelum ya’.
Contoh :
            سُوْدَان        menjadi :  سُوْدَانِِيّ  = orang sudan         
            Dan apabila menisbatkan/menyandarkan kepada isim yang diakhiri dengan ta’ ta’nits maka dihapus darinya ta’-nya takkala dinisbatkan.
Contoh :
            فَاطِمَة      menjadi : فاَطِمِيّ  ( berpemahaman fathimiyah )


                 
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar