PEMBAGIAN
ISIM
( الاِسْمِ
أقسَامُ )
Pembagian Isim
Adapun isim dapat kita
klasifikasikan menjadi empat macam, sebagaimana berikut :
A.
Isim Ditinjau Pada Jenisnya (
نوْعِهِ إلَى
بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila ditinjau ditinjau
dari jenisnya terbagi menjadi dua :
(1)
Laki-laki / Mudzakkar (لمُذكّر
) ialah kata benda yang menunjukan makna laki-laki, baik manusia, hewan, atau
benda-benda mati yang masuk dalam kategori muzakkar.
Contoh
:
زيْدٌ =
Zaid
حِصَانٌ =
Kuda
قلَمٌ =
Pulpen
(2)
Perempuan / Muannats ( المؤنث
) ialah kata benda yang menunjukan makna perempuan, baik manusia, Hewan atau
benda mati yang masuk dalam kategori Muannats,
Contoh
:
عَائِشة = ‘Aisyah
الدّجاَجَة =
Ayam betina
الشمْسُ =
Matahari
B.
Isim Ditinjau Pada Jumlahnya ( عَدَدِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim ditinjau dari Jumlahnya, terbagi menjadi
tiga bagian :
(1)
Isim Mufrod ( المُفرَدِ اِسْمُ )
ialah kata benda yang menunjukan makna tunggal baik yang mudzakkar maupun
muannats, Contoh :
Mudzakkar :
كِتابٌ =
Buku بَيْتٌ = Rumah
Muannats : كُرّاسَة = Buku tulis مَكْتبَة = Perpustakaan
(2)
Isim Mutsanna (المُثنى اسْمُ )
ialah kata benda yang menunjukan makna ganda baik pada mudzakkar ataupun pada
muannats. Ciri-cirinya ialah :
- adanya tambahan alif dan Nun
Contoh : كِتابٌ menjadi
كِتابَانِ
- adanya tambahan ya’ dan Nun
Contoh : كِتابٌ menjadi
كِتابَيْنِ
(3)
Isim Jamak (الجَمْعِ اِسْمُ)
ialah kata benda yang menunjukan makna lebih dari dua atau banyak, baik
mudzakkar ataupun muannats, isim jamak dibagi menjadi tiga yaitu :
(a)
Jamak Mudzakkar salim (السّالِمُ المُذكّرِ جَمْعُ ) ialah jamak
yang bentuknya teratur dan menunjukan jenis laki-laki. Adapun cirri-cirinya
ialah :
- Adanya tambahan Waw dan Nun
Contoh
: مُسْلِمٌ menjadi
مُسْلِمُوْنَ
- Adanya tambahan Ya’ dan Nun
Contoh
: مُسْلِمٌ menjadi مُسْلِمِيْنَ
(b)
Jamak Muannats salim ( السّالِمُ المُؤنثِ جَمْعُ ) ialah jamak yang bentuknya teratur dan
menunjukan jenis perempuan.
Adapun
cirri-cirinya :
-
Adanya
huruf tambahan alif dan ta’ pada mufrodnya.
Contoh
: مُؤمِنة menjadi مُؤمِناَتٌ
(c)
Jamak Taksir ( التكْسِيْر جَمْعُ )
ialah jamak yang bentuknya tidak beraturan dan banyak terjadi perubahan dari
bentuk mufrodnya, sehingga perlu dihapal pola-polanya.
Contoh
: بَابٌ menjadi أبْوَابٌ
yang artinya pintu-pintu
Catatan :
Adapun
untuk ketentuan-ketentuan yang membahas lebih lengkap tentang isim Mutsanna dan
Jamak, maka hendaklah merujuk kedalam kitab / buku yang membahas ilmu Shorof.
C.
Isim Ditinjau Pada Keadaannya (حَالَتِِهِ إلَى بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim ditinjau dari
keadaannya, terbagi menjadi dua bagian :
(1)
Isim Zhohir (الظاهِرِ اِسْمٌ )
ialah kata benda yang tampak, ciri-cirinya:
-
Bisa dimasuki oleh tanwin ( ً ٍ ٌ
)
Contoh
:
مَسْجدٌ هَذا = Ini Masjid
مَسْجدًا رَأيْتُ = Saya telah melihat mesjid
مَسْجدٍ مِن أناَ =
Saya dari Masjid
- Bisa dimasuki oleh alif dan lam ( ال
)
Contoh
: المَسْجدُ - الكِتاَبُ - المَعْهَدُ
- Bisa dimasuki oleh huruf nida (
panggilan )
Contoh
:
زيْدُ
يَا = Wahai
Zaid
اللّهِ
عَبْدَ يَا
=
Wahai Abdullah
(2)
Isim Dhomir (الضمِيْرِ اِسْمُ )
ialah kata benda yang
tersembunyi atau kata ganti untuk orang pertama, kedua, dan ketiga.
Macam-
Macam Dhomir
Adapun Isim dhomir itu ada tiga macam :
a)
Isim Dhomir Munfashil (المُنفصِلِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir yang dapat diucapkan
dengan sendirinya, tanpa bersambung dengan kalimat lainnya..
Dan Isim dhomir jenis ini terbagi menjadi dua :
-
Dhomir
Rofa’ Munfashil (مُنفصِل
رَفع ضمِيْر
) dan dhomir jenis ini ada 14 macam :
1.
Mutakallim :
أناَ وَ نحْنُ
2.
Mukhothob : أنتنّ أنتمَا أنتِ - أنتمْ أنتمَا أنتَ
3.
Ghaib
: هنّ هما
هي - هم هما
هو
|
Keterangan :
هو = Dia seorang laki-laki
هما = Mereka berdua ( laki-laki )
هم = Mereka para ( laki-laki)
هي = Dia seorang Perempuan
هما =
Mereka berdua ( Perempuan)
هنّ = Mereka para ( Perempuan )
انتَ = Kamu seorang laki
انتما = Kalian berdua ( laki-laki )
انتم = Kalian para ( lelaki )
انت =
Kamu seorang ( perempuan )
انتما =
Kalian berdua ( Perempuan )
انتنّ =
Kalian para ( Perempuan )
انا
= Saya
( Laki-laki atau Perempuan )
نحْنُ = Kami (
Laki-laki atau Perempuan )
-
Dhomir
Nashob Munfashil (مُنفصِل
نصْبٌ ضمِيْر
) dhomir jenis ini juga ada 14 macam :
1. Mutakallim
:
إيّايَ dan إيّاناََ
2. Mukhothob : إيّاكُنّ
إيّاكماَ إيّاكِ
- إيّاكُُمْ إيّاكُماَ
إيّاكَ
3. Ghoib : إيّاهُنّ
إيّاهُمَا إيّاهَا
- إيّاهُمْ
إيّاهماَ إيّاهُ
Keterangan :
إيّاهُ
= Kepadanya
إيّاهماَ =
Kepada mereka berdua ( laki-laki
)
إيّاهُمْ = Kepada mereka para lelaki
إيّاهَا
=
Kepadanya
إيّاهُمَا = Kepada mereka berdua perempuan
إيّاهُنّ = Kepada
mereka para perempuan
إيّاكَ = Kepadamu
إيّاكُماَ
=
Kepada kalian berdua ( laki-laki )
إيّاكُُمْ =
Kepada kalian para lelaki
إيّاكِ
=
Kepadamu
إيّاكماَ = Kepada kalian berdua perempuan
إيّاكُنّ = Kepada kalian para perempuan
إيّايَ
= Kepadaku
إيّاناََ =
Kepada kami
b)
Isim Dhomir Muttshil (المُُتصِلِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir / kata ganti yang
tidak bisa diucapkan dengan sendirinya dan selalu bersambung dengan kalimat
lainnya. Dan isim dhomir jenis ini ada 3 macam :
-
Dhomir Rofa’ Muttashil (متصِل رَفع ضمِيْر ) maksudnya
adalah dhomir Rofa’ yang apabila bersambung dengan fi’il maka kedudukannya sebagai
Fa’il ( pelaku ). Dan dhomir jenis ini ada 14 macam :
1. Mutakallim : تُ dan ناََ
2. Mukhothob : تنّ
تما
تِ - تمْ
تما تَ
3.
Ghoib :
-
Waw jama’ah ( الجَمَاعَةِ
وَاوُ )
-
Alif
Itsnaini ( اِثنييْنِ
ألفُ )
-
Ya’
Mukhothobah ( المُخاََطَبَةِ
يَاءُ )
-
Nun
Niswah ( النِسْوَةِ نونُ
)
Contoh :
ضرَبَا = Mereka berdua laki-laki telah memukul
ضرَبُوْا = Mereka para lelaki telah memukul
ضرَبَتْ = Dia
perempuan telah memukul
ضرَبَتاََ = Mereka berdua perempuan telah memukul
ضرَبْنَ
= Mereka para perempuan telah
memukul
ضَرَبْتَ = Kamu
laki-laki telah memukul
ضَرَبْتما = Kalian
berdua laki-laki telah memukul
ضَرَبْتمْ = Kalian
para lelaki telah memukul
ضَرَبْتِ = Kamu
perempuan telah memukul
ضَرَبْتما = Kalian
berdua perempuan telah
memukul
ضَرَبْتنّ = Kalian
para perempuan telah memukul
-
Dhomir Nashob Muttashil (متصِل نصْب ضمِيْر ) maksudnya
adalah dhomir Nashob yang apabila bersambung dengan fi’il maka kedudukannya
sebagai Maf’ulbih ( Objek ). Dan dhomir
jenis ini ada 14 macam :
1.
Mutakallim : ي
dan ناَ
2.
Mukhothob : كُنّ كُمَا كِ - كُمْ كُمَا كَ
3.
Ghoib
: هنّ هما هاَ -
هم هما
هُ
Keterangan :
هُ = Dia seorang laki-laki
هما = Mereka berdua ( laki-laki )
هم = Mereka para ( laki-laki)
هاَ = Dia seorang Perempuan
هما = Mereka berdua ( Perempuan)
هنّ =
Mereka para ( Perempuan )
كَ = Kamu seorang laki
كُمَا = Kalian berdua ( laki-laki )
كُمْ = Kalian para ( lelaki )
كِ
= Kamu seorang ( perempuan )
كُمَا = Kalian berdua ( Perempuan )
كُنّ = Kalian para
( Perempuan )
ي =
Saya ( Laki-laki atau Perempuan )
ناَ = Kami ( Laki-laki atau Perempuan )
Contoh :
اللّهُ نَصَرَهُ = Allah telah menolongnya
-
Dhomir jar Muttashil (متصِل جَرّ ضمِيْر ) maksudnya
adalah dhomir yang mengikuti atau mengiringi dibelakang Isim atau mengikuti atau
mengiringi huruf jar. Dengan demikian maka dhomir jar terbagi menjadi dua
bagian :
1. Dhomir jar
Muttashil Bil Idhofah (بالإضاَفةِ
متصِل جَرّ
ضمِيْر) ialah dhomir yang mengiringi
atau mengikuti kalimat isim. Contoh : kata Buku ( كِِتاَبٌ ) diidhofahkan dengan dhomir.
كِِتاَبُهُ = Buku-nya (seorang laki-laki )
كِِتاَبُهما =
Buku mereka berdua (
laki-laki )
كِِتاَبُهُمْ = Buku mereka Para Lelaki
كِِتاَبُهَا = Bukunya ( seorang perempuan )
كِِتاَبُهما =
Buku mereka berdua (
perempuan )
كِِتاَبُهُنّ =
Buku mereka berdua
perempuan
كِِتاَبُكَ = Buku-mu ( seorang
laki-laki )
كِِتاَبُكُمَا =
Buku kalian berdua (
laki-laki )
كِِتاَبُكُمْ = Buku Kalian para lelaki
كِِتاَبُكِِ = Buku-mu ( seorang perempuan )
كِِتاَبُكُمَا =
Buku kalian berdua (
perempuan )
كِِتاَبُكُنّ =
Buku kalian para
perempuan
كِِتاَبيْ = Buku-ku
كِِتاَبُناَ = Buku kita
2. Dhomir Jar
Muttashil Bil-Harfi ( بالحََرْفِ
متصِل جَرّ
ضمِيْر ) maksudnya dhomir yang mengiringi /
mengikuti huruf jar. Adapun huruf-hurufnya yaitu :
-
Min
(مِنْ ) = artinya : daripada, dari, lantaran
-
Ila
(إلى ) = artinya : kepada, hingga, sampai.
-
‘An
( عَنْ ) =
artinya : daripada, dari, tentang
-
‘Ala
(علَى) = artinya :
atas
-
Fi
(في ) = artinya :
pada, didalam, dalam.
-
La
( لَ ) = artinya : bagi, karena.
-
Bi
(ب ) = artinya : dengan
Contoh
:
مِِنهُ =
Darinya
إلَيْكَ =
Kepadamu
عَنهَا =
Darinya, tentang dia ( seorang perempuan )
عَليْكِ
= Atasmu ( seorang perempuan )
فِيْناَ =
Pada kami
لِِيْ =
Karena-ku
بهِ
= Dengan-nya
Dan buatlah serta kiaskanlah huruf-huruf
jar diatas dengan dhomir-dhomir muttashil ! .
c)
Isim Dhomir Mustatir (المُسْتتِرِ الضمِيْرِ اِسْمُ ) ialah isim dhomir yang tersambung pada
kata kerja/ fi’il, tetapi tidak nampak dalam penulisan/ lafadz.
Contoh :
إضْرِبْ =
pukulah !
Maka lafadz (
إضْرِبْ ) fi’il amar yang mabni dengan harokat sukun,
dan fai’ilnya ( pelakunya ) berupa dhomir mustatir yang takdirnya adalah dhomir
anta ( انتَ ). Hanya saja anta
buka dhomir mustatir dalam fi’il tersebut, karena anta sebagai dhomir munfashil
yang dipinjam untuk menunjukan dhomir mustatir yang ada dalam fi’il tersebut
untuk lebih mudah memahaminya. Adakalanya dhomir mustatir yang bersifat wajib (
wujub ) dan adakalanya bersifat boleh (jawaz) yang dhomirnya diperkirakan
keberadaannya.
Dengan demikian maka dhomir jenis ini terbagi
menjadi dua :
-
Dhomir Mustatir Wujuban (وُجوْباًً مُسْتترَة ضميْرٌ)
ialah dhomir tersebut wajib disembunyikan apabila tidak mungkinkan kedudukannya
ditempati/digantikan oleh isim zhohir. Karena dhomir mustatir tidak
mungkin ditampakkan dhomirnya, dan tidak
mungkin digantikan oleh isim zhohir. Contoh lafazh قمْ (berdirilah
!) tidak boleh dikatakan : اَنتَ قمْ atau زيْدٌ قمْ. Apabila untuk menjadikan اَنتَ /
زيْدٌ menjadi Fa’il-nya. Hanya saja sebagai Taukid
( penguat ) saja, untuk dhomir mustatir yang terkandung didalam fi’il amar ( قمْ ).
Adapun tempat isim dhomir mustatir wujuban ada dua :
1. Pada fi’il Amar yang menunjukan pada
seorang laki-laki (مُخاطََب)
Contoh :
اُكْتُبْ = Tulislah
! ditujukan kepada satu orang
laki-laki
Dan lafazh ( اُكْتبْ )
merupakan fi’il amar yang mabni pada sukun, dan Fa’ilnya ( pelaku)
berupa dhomir mustatir wujub yang takdirnya adalah anta (اَنتَ).
2. Pada fi’il Mudhori’ yang didahului
dengan Ta’ Khithob, atau dengan Hamzah, atau dengan Nun.
Contoh :
تَشْكُرُ =
kamu ( seorang
laki-laki ) sedang bersyukur
أنْصُرُ = Saya sedang / akan menolong
نَكْتُبُ = Kami
sedang menulis
Semua fi’il diatas adalah fi’il Mudhori’ yang Marfu’
dengan harokat dhommah, dan Fa’ilnya berupa dhomir mustatir wujuban ( secara
wajib ) yang takdirnya adalah anta (اَنتَ)
untuk fi’il تَشْكُرُ , dan ana ( أناَ
) untuk fi’il أنْصُرُ
dan nahnu (نحْنُ)
untuk fi’il نَكْتُبُ.
-
Dhomir Mustatir Jawazan (جَوَازاًً مُسْتترَة ضميْرٌ)
ialah Dhomir tersebut boleh disembunyikan yang kedudukannya memungkinkan untuk ditempati
/ digantikan oleh Isim zhohir. Dan dhomir jenis ini ada pada dua tempat yaitu :
fi’il madhi dan fi’il mudhori’.
1. Pada fi’il Madhi, contoh :
قاَمَ الرّجُلُ =
Seorang laki-laki itu dia telah berdiri
Maka fi’il ( قاَمَ ) ialah fi’il madhi yang mabni pada
harokat fathah, dan Failnya berupa isim dhomir mustatir jawazan (secara boleh),
yang takdirnya adalah huwa (هُوَ)
dan ia bisa menempati kedudukan ( الرّجُلُ
).
2. Pada fi’il Mudhori’ , contoh :
تَشرُقُ الشمْسُ =
Matahari sedang terbit
Maka fi’il (تَشرُقُ)
ialah fi’il mudhori’ yang marfu’ dengan dhommah dan Failnya berupa dhomir
mustatir jawazan yang takdirnya adalah Hiya ( هِيَ
)
يَقوْمُ زيْدٌ = Zaid sedang berdiri
تقوْمُ هِندٌ =
Hindun sedang berdiri
Maka pada dua contoh diatas tidak terdapat Dhomir
mustatir, kecuali dhomir marfu’ ( dirofa’-kan) adakalanya sebagai Fa’il atau
Naibul Fa’il.
D.
Isim Ditinjau Pada Susunan Hurufnya (
ترْكِيْبهِ إلَى
بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim
apabila ditinjau kepada bentuk susunan hurufnya maka isim terbagi menjadi dua
macam : Isim Jamid, dan Isim Mustaq.
(1) Isim Jamid (
الجَامِدُ الاِسْمُ ) ialah isim yang susunan hurufnya tidaklah diambil
dari selainnya, atau isim yang kosong dari dhomir. Dan isim jamid terbagi lagi
menjadi dua bagian yaitu :
-
Isim dzat / Isim jenis (ذات اِسْمٌ / جنس اِسْمٌ) ialah isim yang susunan hurufnya tidak
diambil dari lafazh fi’il beserta maknanya. Contoh :
رَجُلٌ = Seorang
laki-laki
نَهْرٌ = Sungai
غُصْنٌ = Cabang pohon
-
Isim Ma’na / Isim Mashdar (مَعْنى
اسْم / مَصْدَر
اِسْم ) ialah isim yang menunjukan pada suatu
makna yang kosong dari (pengaruh) waktu.
Contoh :
عَدْلٌ
= Keadilan
ضَرْبٌ
=
Pukulan
نَصْرٌ =
Pertolongan
Dan adapun Fi’il
maka ia menunjukan pada dua hal , yaitu berkaitan dengan suatu kejadian dan
terkait dengan masalah waktu.
(2) Isim Musytaq (المشتق الاِسْم ) ialah Isim yang susunan hurufnya diambil
dari selainnya dan menunjukan sesuatu yang disifati dengan sifat, atau Isim
yang padanya mengandung dhomir. Maka Musytaq adalah mengambil kalimat dari
selainnya disertai dengan penyesuaian antara keduanya dari segi makna dan
perubahan dalam suatu lafadz.
Contoh :
كَتبَ = Menulis
Maka lafadz Kataba
( كَتبَ ) diambil darinya
untuk isim Musytaq yaitu : Isim Fail/
pelaku ( كَاتِبٌ ), Isim Maf’ul/
Objek ( مَكْتوْبٌ ), Isim Zaman
atau makan [ tempat ] (مَكْتبٌ
) dan Isim Alat ( مِكْتاَبٌ ).
Contoh :
Bahwa Isim Musytaq mengandung dhomir
غداً أوْ الآن أوْ أمْسِ زيْدًا الضارِبُ هذا
( Ini
adalah orang yang memukul zaid kemarin/ sekarang/besok )
Maka (الضارِبُ ) merupakan khobar dari (هذا ), dan merupakan isim fa’il (pelaku)
yang beramal seperti amalan fi’il yang fa’ilnya berupa dhomir mustatir yang
takdirnya adalah dia (هُوَ)
dan Maf’ulnya / objeknya adalah Zaid.
Dan Isim Musytaq ada tujuh macam :
(a) Isim Fa’il
(b) Isim Maf’ul
(c) Isim Zaman
(d) Isim Makan / tempat
(e) Isim Alat
(f) Shifat Musyabbahah dengan Isim Fa’il
(g) Isim Tafdhil
Dan adapun
pembahasan untuk macam-macam Isim Musytaq diatas insya’allah akan dijelaskan dengan pembahasan tersendiri pada
halaman-halman berikut.
E.
Isim Ditinjau Pada Bentuk Hurufnya (
بُنيَتِهِ إلَى
بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila
ditinjau kepada bentuk hurufnya maka isim terbagi menjadi dua : Isim yang
akhirnya berupa huruf shohih, dan Isim yang akhirnya bukan dari huruf yang shohih.
(1) Isim Shohih Akhir (الآخِر الصّحِيْح الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob serta
tidak berbentuk Isim Maqshur, Isim Manqush, dan Isim Mamdud.
Contoh
:
رَجُلٌ = Seorang
laki-laki
نَهْرٌ = Sungai
غُصْنٌ = Cabang pohon
(2) Isim Ghairu Shahih akhir (الآخِر الصّحِيْح غيْرُ الاِسْم ) ialah setiap
isim yang Mu’rob serta berbentuk Isim Maqshur, Isim Manqush, dan Isim
Mamdud.
- Isim
Maqshur (المَقصُوْر
الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob dan huruf
akhirnya berupa alif lazimah
Contoh
:
الفتى = Seorang pemuda
مُوْسَى =
Musa
حُبْلَى = Yang hamil
Dan yang demikian pada contoh diatas
disebut Alif Maqshuroh. Demikian pula
bahwa keadaan akhir harokat dari isim Maqshur maka diperkirakan harokat (
Dhommah, fathah dan Kasroh ) dalam ketentuan I’robnya.
Contoh :
الفتىَ جَاءَ =
Pemuda itu telah datang
الفتىَ رَأيْتُ = Saya
telah melihat pemuda itu
بالفتىَ مَرَرْتُ = Saya
telah melewati pemuda itu
- Isim
Manqush (المَنقوْص الاِسْم ) ialah setiap isim yang Mu’rob dan huruf
akhirnya berupa ya’ lazimah serta huruf sebelumnya dikasroh.
Contoh
:
القاضى =
Hakim
الدّاعى =
Pendakwah
الهَادِى =
Pemberi petunjuk
Dan yang demikian pada contoh diatas disebut Alif Manqush. Demikian pula bahwa keadaan akhir harokat
dari isim Manqush maka diperkirakan harokat ( Dhommah, dan Kasroh) dalam
ketentuan I’robnya ( pada keadaan rofa’ dan jar ).
Dan ditampakan pada
isim Manqush harokat fathah (bila dalam keadaan nashob) selagi tidak
di-idhofahkan/ disandarkan kepada ya’ mutakallim, dalam rangka untuk
meringankan bacaan (ta’adz-dzur). Contoh :
!$uZtBöqs)»t
(#qç7Å_r&
zÓÅç#y
«!$#
(
Hai
kaum Kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah ( Al-ahqaf : 31
).
Hanya saja kalau tidak
disisipi alif lam atau di-idhofahkan, maka harokat fathahnya harus disertai
tanwin.
Contoh :
المنكَرِ عَنِ ناَهيًا كُنْ = Jadilah seorang yang melarang
perbuatan . …..
mungkar
- Isim
Mamdud (المَمْدُوْد الاِِسْمُ ) ialah setiap isim yang mu’rob,dan huruf
akhirnya berupa hamzah serta huruf sebelumnya ada alif Zaidah ( tambahan ).
Contoh
:
ابْتِدَاءٌ = Permulaan
إنشاََءٌ = Pembangunan
سمَاءٌٌ = Langit
Adapun Hamzah
pada isim Mamdud, terbagi menjadi empat macam :
(a) Hamzahnya berupa huruf ashli.
Contoh
:
-
Lafazh إنشاََءٌ berasal
dari fi’il أنشأ ( membangun, mendirikan )
(b) Hamzahnya
sebagai peganti dari Ya’ atau Waw
Contoh
:
-
Lafazh
بنَاءٌ (bangunan),
hamzahnya peganti dari
ya’ yang berasal dari fi’il بَنَى
(membangun ).
-
Lafazh
سمَاءٌٌ , hamzahnya
peganti dari waw yang berasal dari fi’il يَسْمُوْ – سَمَا (
menaikkan atau meninggikan ).
(c) Sebagai
huruf tambahan untuk muannats
Contoh
:
-
صَحْرَاءُ = Gurun pasir
-
عَاشوْرَاءُ = Hari ‘Asyuro’ ( 10 Muharram )
(d) Dan sebagai huruf
tambahan untuk jamak
Contoh
:
-
عِظاَمَاءُ = Tulang – tulang
-
رُؤسَاءُ = Para
pemimpin
Catatan
:
Bahwa isim
mamdud yang diakhiri dengan hamzah zaidah, pada Muannats dan Jamak, dan
tidaklah ia ditanwin dikarenakan berupa Isim Mamnu’ min As-shorfi.
F.
Isim Ditinjau Pada Bentuknya (
تعْيِيْنِِهِ إلَى
بالنظرِ الاِسْمُ )
Isim apabila
ditinjau kepada penentuannya maka isim terbagi menjadi dua macam :
(1)
Isim Nakiroh (النكِرَة الاسْم ),
ialah isim yang jenisnya bersifat umum, tidak ditentukn kepada sesuatu perkara
dan tidak juga kepada yang lainnya. dan definisi Isim nakiroh yang paling mudah
dipahami ialah, setiap isim yang layak dimasuki alif dan lam.
Contoh
:
رَجُلٌ =
laki-laki menjadi : الرّجُلُ
فَرَسٌ
= kuda menjadi : الفَرَسُ
كِتاَبٌ =
Kitab menjadi : الكِتاَبُ
(2)
Isim Ma’rifah (
المَعْرِفة الاِسْمُ ), ialah setiap
isim yang lafazhnya menunjukan makna tertentu / sudah ditentukan.
Dan
Isim ma’rifah terbagi lagi menjadi enam macam yaitu :
(a)
Isim
dhomir
(b)
Isim
alam ( nama )
(c)
Isim
Isyarah
(d)
Isim
Maushul
(e)
Isim
yang di ma’rifatkan dengan adatut ta’rif yaitu alif dan lam
(f)
Isim
yang Mudhof kepada ma’rifah.
Adapun untuk penjelasan dari macam-macam
isim ma’rifah akan dibahas dalam pembahasan tersendiri pada halaman
berikut.
G.
Isim Ditinjau Pada An-Nisbah ilaih (إلَيْهِ النِسْبَةإلَى بالنظرِ الاِسْمُ)
Adapun yang dimaksud
dengan An-Nisbah ialah : menambahkan Ya’ bertasydid serta mengkasroh huruf
sebelumnya dengan tujuan menyandarkan kepada sesuatu yang lain.
Dan disebut juga Ya’
Musyaddadah (المشدّدَة الياء)
dengan Ya’ Nisbah (النِسْبَةِ يَاء)
dan isim yang bersambung dengan ya’ nisbah disebut mansub (مَنسُوْبٌ)
artinya yang dinisbati, dan isim sebelum bersambung dengan Ya’ nisbah disebut
mansub ilaih (إلَيْهِ مَنسُوْبٌ) artinya yang dinisbatkan kepadanya.
Penggunaan Nisbah
Peroses
nisbah digunakan untuk menunjukkan beberapa makna : sebagaimana berikut :
1. Al-Jinsi
(الجنس) artinya : untuk jenis
tertentu
contoh : عَرَبٌ عَرَبِيٌّ = orang arab
2. Al-Mauthin
(الموْطِن) artinya : tempat asal
contoh : بَغدَادُ بَغدَادِيٌّ = berkebangsaan
negara Baqdad
3. Ad-Din
(الدِّيْن) artinya : agama atau
pemikiran
contoh : اِسْلاَمٌ اِسْلَمِيّ = beragama islam
4. Al-Harf
(الحَرْفة) artinya : pekerjaan
contoh : تِجَارَةٌ تِجَارِيٌّ = pekerja
tani
5. Sifat
dari sifat-sifat (الصفَات مِن صِفَة )
artinya : menunjukan sebuah sifat
contoh : ذهَبٌ ذَهَبِيٌّ = tukang emas
Kaidah
Dalam Penisbatan
Bahwa asal dalam
penisbatan (النَسَبِ ) yaitu apabila
menambahkan ya’ Musyaddadah pada akhir kata yang dinisbatkan kepadanya (إلَيْهِ مَنسُوْبٌ), maka dikasroh sebelum ya’.
Contoh :
سُوْدَان menjadi : سُوْدَانِِيّ = orang
sudan
Dan
apabila menisbatkan/menyandarkan kepada isim yang diakhiri dengan ta’ ta’nits maka dihapus darinya ta’-nya takkala dinisbatkan.
Contoh :
فَاطِمَة
menjadi : فاَطِمِيّ ( berpemahaman fathimiyah )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar